Lailatul Qadar
Di antara
hal yang menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang paling utama (sayyid
al-syuhur) adalah Ramadhan diistimewakan dengan adanya Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar adalah malam yang nilai pahala ibadah pada malam itu
lebih baik dari pada melakukan ibadah selama seribu bulan atau 83 tahun 3
bulan.
Mengenai Lailatul
Qadar ini, Allah tegas dalam Alquran surat al-Qadar.
Tanggal
terjadinya Lailatul Qadar
Hampir seluruh ulama mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi pada bulanRamadhan. Dalam satu bulan itu, yang paling diharapkan adalah pada 10 hari yang akhir, dan lebih diharapkan lagi pada malam tanggal-tanggal ganjil.
Namun
demikian, tidak ada penjelasan tanggal yang pasti kapan terjadinya malam yang
agung itu. Kerahasiaan ini memang disengaja oleh Allah, sebagaimana Allah
merahasiakan ridha-Nya dalam segala perbuatan taat, murka-Nya dalam setiap
perbuatan maksiat, wali-Nya dalam setiap orang yang beriman, waktu istijabah
dalam setiap waktu, shalat wustha dalam setiap shalat, dan lain-lain.
Ini memang disengaja oleh Allah karena ada hikmah yang mendalam.
Andaikan Lailatul
Qadar tanggalnya di tegaskan oleh Allah, maka pada malam yang lain kita
akan berleha-leha. Toh, satu malam itu sudah lebih dari cukup? Jika ridha-Nya
ditentukan pada amal shalat semisal, maka pada ibadah yang lain kita tidak akan
serius. Wong, ridha-Nya sudah kita dapat, untuk apa ngotot-ngotot lagi?
Peristiwa
Alam dan Rumusan Ulama
Walaupun
tidak ada kejelasan pasti, namun dari beberapa isyarat dalam Alquran atau hadis
dan pembacaan peristiwa alam yang dilakukan oleh ulama, ditemukan beberapa
indikasi yang kemudian hal itu dijadikan semacam pertanda atau semacam rumusan
dalam mengidentifikasi terjadinya malam yang agung tersebut.
Diantara
tanda-tanda alam yang menunjukkan terjadinya Lailatul Qadar adalah pada
malam itu suhu udara sejuk, cuaca langit cerah, angin sepoi-sepoi, air laut
menjadi tawar(?), semua makhluk terlihat menunduk tanda bersujud kepada Allah,
benda-benda seakan-akan bergemerisik berdzikir kepada Allah, dan pada keesokan
pagi harinya matahari terbit dengan sinar yang jernih dan sejuk serta agak
kemerah-merahan.
Ada riwayat yang cukup masyhur dari sahabat Ubai bin Ka’ab dan Ibnu Abbas bahwa Lailatul Qadar itu terjadi pada malam tanggal 27 Ramadhan. Hal ini diperkuat oleh beberapa ulama dengan mengaitkan huruf dalam kata Lailatul Qadar yang berjumlah 9. Kalimat ini disebut sebanyak 3 kali. 9 kali 3 sama dengan 27.
Beberapa
ulama juga membuat rumusan terjadinya Lailatul Qadar dengan mengaitkan
pada awal masuknya bulan Ramadhan. Jika bulan Ramadhan masuk pada hari senin
atau jum’at, maka Lailatul Qadar terjadi pada malam tanggal 21, jika
hari ahad atau rabu, maka terjadi pada malam tanggal 29, jika hari sabtu maka
terjadi pada malam tanggal 23, jika hari kamis, maka terjadi pada malam tanggal
25, dan jika hri selasa maka terjadi pada malam tanggal 27 Ramadhan. Dan masih
banyak lagi rumusan-rumusan yang dibuat oleh ulama dengan berdasarkan kepada
pengamatan dan pengalaman atau beberapa fenomena alam.
Mujahadah
Memperoleh Keutamaan Lailatul Qadar
Lailatul
Qadar adalah malam
yang agung. Pada malam itu, malaikat dalam jumlah yang tidak terhitung turun
dari langit menaburkan Rahmat dan Salam kepada seluruh manusia yang
beribadah.
Alangkah
bahagia orang yang mendapatkan keutamaan malam yang lebih baik dari seribu
bulan itu. Rasulullah saw sendiri pada hari –hari akhir bulan Ramadhan semakin
mempergiat ibadahnya dan selalu melaksanakan I’tikaf di masjid.
Mengingat tidak ada kepastian tanggal
terjadinya Lailatul Qadar, maka untuk memperoleh keutamaannya kita
dituntut untuk selalu ‘waspada’ dengan senantiasa beribadah kepada Allah,
memperbanyak dzikir, shalat, bersedekh, dan membantu kaum dhu’afa.
Jangan sampai malam yang agung itu terlewatkan dengan sia-sia.
Jika bisa,
sepanjang malam kita gunakan untuk terus beribadah, shalat, baca Alquran, serta
ibadah yang lain, jika tidak bisa minimal kita melaksanakan shalat maghrib dan
isya’ secara berjama’ah. Rasulullah saw bersabda:
من صلى العشاء في جماعة فقد أخذ بخطه من ليلة القدر.
(الجامع الصغير)
“Barang siapa melaksanakan shalat isya’
secara berjama’ah, sungguh ia telah mengambil bagian yang besar dari keutamaan
Lailatul Qadar.” (al-jami’ al-Shaghir, HR. Al-Thabrany)
Dikutip dari Buku Menuju Puasa Paripurna – Puasa, Zakat dan Seputar Ramadhan
0 komentar:
Posting Komentar