Menuju Puasa Sesungguhnya
Dikutip dari Buku Menuju Puasa Paripurna – Puasa, Zakat dan Seputar Ramadhan
Imam Ghazali menjelaskan, untuk
mencapai tingkatan puasa para Nabi dan muqarrabin tidak butuh banyak
teori, namun langsung pada tindakan aplikatif. Caranya, memusatkan konsentrasi
secara total kepada Allah dan tidak menoleh sedikit pun terhadap dunia. Menurut
Al-Ghazali, tingkatan seperti ini sulit untuk diraih. Ia lalu menyeru, minimal
agar kita jangan sampai masuk pada ancaman dalam hadis Nabi saw:
كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع والعطش.
“Betapa banyak
orang berpuasa yang hanya memperoleh rasa lapar dan haus.”
Untuk mencapai kesempurnaan puasa
(tingkatan ini) setidaknya ada enam hal yang harus di lakukan:
Ø Menundukkan
penglihatan dari hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan juga terhadap
pemandangan yang bisa melalaikan diri kepada Allah;
Ø Menjaga
mulut dari perkataan kotor, dusta, menggunjing, adu domba, fitnah, dan segala
perkataan yang dilarang, berusaha untuk diam, menyibukkan diri dengan berzikir
kepada Allah dan membaca Alquran;
Ø Menjaga
telinga dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan. Sebab hal yang haram
diucapkan juga haram didengarkan. Orang yang mendengarkan pergunjingan, dosanya
sama dengan orang yang menggunjing;
Ø Menjaga
semua anggota tubuh dari segala perbuatan dosa, tangan tidak suka usil, kaki
enggan melangkah ke tempat maksiat dan perut dijaga dari barang-barang haram;
Ø Tidak
banyak makan ketika berbuka. Apalah arti tidak makan seharian, jika pada saat
berbuka ‘balas dendam’. Ingat, tidak ada perut yang paling di benci
Allah dibanding perut yang selalu penuh dengan barang haram;
Ø Menjaga
hati agar selalu dalam keadaan mengharap (raja’) dan takut (khauf),
apakah puasanya diterima atau ditolak. Demikian pula dalam ibadah-ibadah yang
lain.
Sebuah Renungan
Apalah artinya berpuasa, jika jika
seharian kita tidur sengaja menghindar dari merasakan lapar dan dahaga. Apalah
arti berpuasa, jika sehrian menonton televisi dengan segala adegan yang
membangkitkan syahwat. Apalah arti berpuasa, jika mulut terus mengobral dusta,
fitnah, menggunjing, dan adu domba, mata terus jelalatan, telinga merasa rugi
jika tidak mendengar gunjingan. Apalah artinya…
Ada sebuah kata-kata bijak:
كم من صائم مفطر ومفطر صائم.
“Banyak orang yang
berpuasa, namun hakikatnya mereka tidaklah berpuasa. Banyak orang yang tidak
berpuasa namun hakikatnya mereka berpuasa.”
Dikutip dari Buku Menuju Puasa Paripurna – Puasa, Zakat dan Seputar Ramadhan
0 komentar:
Posting Komentar